Setelah mengorbankan segalanya demi dunia, Aerin kembali—bukan sebagai pahlawan, bukan sebagai cahaya… tapi sebagai seorang gadis yang mencoba mengingat bagaimana rasanya hidup.Namun pulang tidak berarti damai.Ketika pujian mereda dan langit tenang kembali, Aerin dihadapkan pada kesunyian yang lebih menyakitkan dari perang: kesunyian di dalam dirinya sendiri.Buku kedua ini membawa kita ke perjalanan yang lebih sunyi namun dalam—bukan lagi menyelamatkan dunia, tapi menyelamatkan diri sendiri dari luka yang tidak terlihat.Tentang cinta yang tumbuh pelan. Tentang kehilangan yang belum selesai. Tentang keberanian untuk tidak menyala… dan tetap layak dicintai.Dengan kehadiran Elun yang setia di sampingnya, Aerin belajar satu hal yang tak pernah diajarkan api:Bahwa menjadi manusia, dengan luka dan ketakutannya, adalah bentuk cahaya yang paling jujur.